Posted by : Unknown
“gue diputusin ...”
Kalimat itu ku ucapkan ketika aku
berusaha meyakinkannya, kalau dulu aku memang mempunyai pacar. Itu hanya
taktikku saja agar aku bisa menjadikan dia sebagai pacarku. Karena sebenarnya,
sudah sebulan yang lalu aku berpisah dari pacarku yang dulu.
“ohh, sabar ya.. mungkin suatu saat
nanti loe bakal dapet cowok yang lebih baik” ucapannya inilah yang membuatku
yakin akan dirinya. Sepertinya semua akan berjalan dengan baik, pikirku.
Sebelumnya aku adalah pacar tetangganya
yang juga masih kelas 1 di SMP yang sama denganku. Waktu itu pacarku, sebut saja
“Awing” membuka dinding facebook milikku “Aini Sii Temaree” melalui handponenya
Arie. Dari pengakuannya, dia mendapatkan nomerku dari info profilku di
Facebook. Sejak itulah kami sering SMS-an seperti sekarang ini.
“emangnya kapan gue bakal dapet cowok
yang baik buat gue?” aku mulai sedikit ragu dengan perkataannya.
“ya.. ga tau” jawabnya singkat. Saat itu
lah untuk menghilangkan keraguanku, aku langsung mengatakan kepadanya. Walaupun
sedikit ragu, tapi tetap ku bulatkan tekad.
“emm,, kalo lu mau ga? Gantiin cowok
gue?” tanpa pikir panjang memang, tapi tekadku kuat. Walaupun sebenarnya hatiku
ikut dag dig dug. Entah apa yang sedang aku pikirkan waktu itu.
“emm,, tapikan kita baru kenal? Kita
juga belom pernah ketemu?” tekadku sedikit demi sedikit diruntuhkan dengan
perkataannya. Tapi aku tidak mau kalah.
“ya.. kalo ada jalan, pasti ketemu kok”
aku mencoba mencari alasan yang logis untuknya. Tetapi setelah itu, cukup lama
dia tidak membalas SMSku. Mungkin dia sedang berfikir tentang tawaranku. Dan
benar tak lama kemudian dia membalas SMSku.
“yaudah, tapi gue mau kita ketemu dulu.
Baru gue kasih tau jawabannya” Aku merasa lega dengan keputusannya itu. Tapi,
perasaan takutku mulai muncul.
“oke!” walaupun hatiku sangat
menggebu-gebu, ketakutanku akan sesuatu hal muncul dan mulai memenuhi benakku.
Singkatnya percakapan itu berlanjut dalam SMS...
“jadi, ketemuannya kapan?”
“terserah lu”
“hari minggu mau ga? Tempatnya di
Candrabaga ya? Tau kan”.
“iya, di depan pintu gerbang ya?.. emm..
tapi kapan? jam brapa?” entah karena perasaanku yang sedang gembira, aku
menjadi bawel.
“sore aja, jam 3..” aku langsung
menyetujuinya.
Akhirnya, tiba saatnya pada hari minggu
aku pergi bersama dengan saudaraku ke tempat yang telah dijanjikan. Tetapi,
pada akhirnya kami tidak bertemu di depan gerbang Candrabaga. Karena kami
kesulitan untuk bertemu, kami sepakat untuk bertemu di bundaran Candrabaga.
Yang pertama kali aku lihat darinya
waktu itu adalah tubuhnya yang pendek, maklumlah dia masih anak kelas 1 SMP.
Dan selanjutnya adalah rambutnya yang agak pirang dan tipis, itu karena terkena
sinar matahari sore yang membuatku terpesona. Di mataku dia terlihat seperti
“Orang Bule”. Hihihi.
Tapi yang membuatku terkejut saat itu
adalah dia mengajak mantan pacarku yang merupakan tetangganya itu. Tapi, tak
apalah tujuanku kesini kan hanya ingin bertemu dengan arie, calon pacarku.
Aku sangat menikmati pertemuan itu, dia
terlihat cocok dengan kaos dan celana pendek putihnya itu. Dia terlihat
“Perfect!”. Sedangkan saat itu aku memakai sweeter abu-abu dan rok panjang
dengan rambut yang terurai.
Ketika pertemuan itu, menurutku dia
malu. Karena itu aku menjadi berfikir “kira-kira.. bagaimana pendapatnya
tentangku ya? Apakah menurutnya aku ini cewek yang jelek?”. Pikiran itu selalu
terbayang di benakku. Sampai akhirnya waktu yang sudah menunggu itu lelah dan
seolah-olah menyuruhku pulang.
“arie,..” ucapku malu.
“e..ehh iya” sambil terkejut dan
sepertinya dia juga gugup.
“emm.. gue pulang ya? Udah sore”
huhuhu.. sebenarnya dalam hatiku tidak ingin pulang. Aku masih ingin
melihatnya. Tapi saudaraku juga bawel sih, ingin cepat-cepat pulang.
“iya, gue juga deh” ucapnya tanpa
menoleh ke arahku. Mungkin dia juga merasakan hal yang sama denganku. Kecewa.
“pulangnya naik apa?” tanyaku lagi.
“naik angkot” dia mengalihkan
pandangannya dariku.
“ohh, yaudah gue duluan ya?” tanpa
bicara lebih banyak lagi, aku langsung menancapkan gas motorku dan pulang
menuju rumah.
***