Posted by : Unknown
“gimana nyo?” tanya temanku.
Temanku ini namanya Suri Mutiha
Sitompul. Dia sekelas denganku, tapi kami tidak terlalu dekat jika di sekolah.
Anehnya, setiap hari kami selalu berangkat sekolah bersama-sama. Hal ini
terjadi karena kebetulan letak rumah kami searah.
Rumah kami cukup jauh dari SMP kami.
Bila menggunakan angkutan umum, kami harus menaiki tiga kali angkutan umum dan
membutuhkan waktu hampir satu jam.
Akhirnya, tidak sengaja kami bertemu dan
mengobrol saat menunggu angkutan umum dekat sekolah.
“lagi nunggu jemputan?” tanyaku sambil
berharap dia juga sedang menunggu angkutan umum.
“enggak, gue lagi nungguin angkot”
senangnya.. karena aku punya teman untuk menunggu.
“emangnya rumah lu dimana?” tanyaku
penasaran.
“Perum. SBS” aku terkejut saat dia
berkata demikian, karena Perum. SBS agak dekat dari rumahku.
“lah? Deket dari rumah gue donk?”
jawabku dengan sangat yakin.
“emangnya rumah lu dimana?” tanyanya
kembali.
“Rawa Bambu” serentak dia langsung
menjawab dengan semangatnya.
“ohh, iya gue tau..!! lahh terus nanti
lu OlahRaga gimana?” untung sekali dia menanyakan hal itu disaat yang tepat.
“ga tau niih, naek angkot kali. Tapi
males banget” jawabku lesu.
“iya sama, emangnya lu ga punya motor
apa?” tanyanya penasaran. Mungkin dia heran kenapa aku menggunakan angkutan
umum untuk ke sekolah.
“punya,” jawabku singkat.
“kok ga naek motor aja?”
“masalahnya gue ga bisa naek motor..”
maksudnya mengendarai motor gitu.
Akhirnya tanpa basa-basi kami berencana
untuk pergi OlahRaga bersama-sama nanti sore. Dengan rencana yang begitu
matang, akhirnya kami berangkat bersama-sama.
Sepulangnya dari OlahRaga, suri
mengajakku untuk belajar “Mengendarai Motor”. Aku mengiyakan ajakannya. Hingga
pukul 18.00 WIB dan setelah berkeliling Perum. SBS, akhirnya aku bisa
“Mengendarai Motor”.
“asiik dah, besok sekolah naek motor
ya?” tanyanya padaku.
“hahha iya, tapi kan gue belom jago sur.
Ohh iya, gimana kalo dari rumah lu sampe sekolah lu aja yang nyetir?” jawabku
dengan sejumlah ide.
“ohh, yaudah”
Semenjak itulah kami selalu berangkat
bersama-sama ke sekolah, sambil berbagi cerita ketika dalam perjalanan.
“dia nolak gue..”
“hah? Yang bener nyo? Boong ahh.. masa
ditolak, orang dia pedekate gitu sama lu” katanya seperti tidak yakin dengan
ucapanku.
“iya.. katanya tuh karena gue mau UN
lah, katanya dia masih kecil lah..” belum sempat ku selesai berbicara dia
berkata.
“ihh, konyol bangeet sih?”
“iya.. dan lagi masa dia bilang ‘gue
takut ga bisa ngebahagiain loe’ ..” kataku untuk meyakinkannya.
“ih, sok banget siih..”
“tauuu,, tapi terus dia bilang ‘tapi loe
mau kan nerima gue apa adanya?” lanjutku bercerita.
“terus?” tanyanya singkat.
“ya gue jawab ‘iyalah’..”
“terus kata dia apa?”
“kata dia, gue diterima sur.. hehhe”
sambil berkata aku agak tertawa.
“ihhh, dasar loe. Kirain gue loe ga
diterima, tau-taunya diterima..” katanya sambil menampakkan ekspresi terkejut.
“hahhaha, kata gue juga. Tapi setelah
itu dia malah nanya begitu..”
“tapi kok alasannya bisa banget ya?
Waahhh, kayaknya dia serius tuh nyo sama loe.. asik dahh” menggodaku lagi.
“ya.. mudah-mudahan aja dia begitu”
berkataku sambil berharap.
***